Thursday, January 15, 2009

Tak ada yang Dikerjakan dan Semua Orang Dipenuhi

Malam hari saat hujan deras mengguyur kota Bekasi dan sekitarnya, saya tergerak untuk membaca sebuah buku yang sudah bertahun-tahun dibeli dan tidak disentuh “Tao Kehidupan - Tao Te Ching- ajaran Lao Tzu yang Diadaptasi untuk Zaman Baru”, ditulis oleh Ray Grigg, seorang sarjana Tao yang telah lebih dari duapuluh tahun menjadi guru sejarah literature Inggris, kesenian, sejarah kebudayaan, dan agama-agama dunia di sistim sekolah menengah atas di British Columbia.

Saya sendiri bingung, mengapa saya dulu membeli buku seperti ini. Saya mencoba membuka lembaran-lembaran memori yang terekam dalam ingatan, hasilnya? Saya jadi tersenyum geli, beli dengan tujuan ingin menjadikan buku ini sebagai bahan renungan harian.

Saya ingat, hari pertama membaca, saya langsung pusing tujuh keliling. Saya sepertinya capek untuk memahami apa yang harus dipahami, lelah merenungkan apa yang harus direnungkan, saya malah seperti ditonjok beban baru yang seharusnya tidak harus menjadi beban. Saya ambil jalan pintas. Hentikan Baca Buku ini! Toh tidak membaca buku inipun kehidupan tetap berjalan hehehe.

Lantas kenapa malam ini saya kembali tergerak untuk mencomot buku ini dan membacanya? Bukankah Cuma nambah-nambah kepusingan saja? Entahlah, yang saya tahu, saya kembali tersenyum, saat membaca sebait kalimat Pendahuluan dalam buku ini yang menuturkan bahwa;

TAO KEHIDUPAN: Buku Panduan Berpikir dan Berbuat diperuntukkan bagi semua orang yang tahu bahwa mereka tidak tahu. Ini adalah buku panduan yang tidak mungkin tuntas. Tidak seperti berpikir dan Berbuat di sekolah dasar, buku ini memuat pertanyaan-pertanyaan yang tak dapat dijawab dan jawaban-jawaban yang tidak dapat diberikan. Kita harus mengoreksinya sendiri.”

suatu penuturan yang membingungkan… selanjutnya saya meloncat keparagraf yang kira-kira menjelaskan kenapa bisa membingungkan.

Sifat Tao Te Ching yang membingungkan pada dasarnya adalah karena kesadaran Lao Tzu bahwa kita memahami kehidupan dengan secara langsung mengalaminya, bukan dengan berusaha memahaminya sebagai pengamat yang tidak langsung terlibat. Kita tidak mungkin lepas dari diri sendiri. Kalau menggunakan bahasa perlambang Zen, sebuah pedang tidak mungkin melukai dirinya sendiri. Kitapun tak mungkin memahami kehidupan lewat seperangkat rancang bangun intelektual; kehidupan itu lebih besar dan lebih tak terjangkau daripada sistim-sistim yang kita ciptakan untuk menjelaskannya. Maka kita takkan pernah sungguh-sungguh memahami diri sendiri maupun alam semesta dimana kita hidup. Tao adalah kebebasan yang muncul bersamaan dengan ketidak-pahaman.”

Malam semakin larut, Hujan deras yang baru saja reda kini kembali turun deras, suatu tipikal hujan yang sudah berlangsung sejak 12 Januari 2009, deras, reda, deras, reda.

Saya tidak melanjutkan membaca penuturan pendahuluan penulis buku yang mungkin merupakan kunci didalam membaca bab-bab berikutnya yang berjumlah 81 bab.

Saya hanya ingin berbagi , bab-bab dalam buku ini ditulis secara singkat, beginilah kira-kira bunyi tulisan salah Satu Bab yang ada dalam buku bersampul hijau ini bertutur:

17. Tak Ada yang Dikerjakan
Cobalah memimpin dengan memaksa, maka akan ada perlawanan serta pemberontakan. Bersikaplah murah hati dan adil, maka akan ada kehormatan lalu kepercayaan.
Tetapi lebih tinggi lagi adalah kebajikan yang tidak kelihatan, tak dapat didefinisikan dan tak dapat dikenali. Kalau dipraktekkan, segalanya tetap utuh. Tak ada keterpisahan dari satu sama lain, upaya dari kemudahan, kerja dari bermain. Tak seorangpun memimpin dan tak seorangpun mengikuti. Tak ada yang dipelihara tetapi ada kesibukan dan keharmonisan.
Orang bijak, yang tidak menonjolkan diri dan tidak banyak bicara, tidak diperhatikan orang. Tetapi entah bagaimana, semua orang memetik manfaat. Ada pertumbuhan serta keberbuahan, kebanggaan serta kecukupan diri. Ketimbang mengatakan “ini dikerjakan oleh Kami”, semua mengatakan , “Kami yang mengerjakan ini”. Ketimbang mengatakan , “Kami diajarkan begini”, semua orang mengatakan , “Kami belajar begini”. Kalau dianggap sebagai orang sendiri, tak mungkin ada penolakan. Tanpa penolakan takkan ada pemberontakan. Tanpa pemberontakan akan ada kedamaian serta pemupukan yang mendalam.
Bahkan sedari mula tak pernah ada saat ketika segalanya tidak sibuk memenuhi dirinya sendiri. Orang bijak tidak menghalangi apa yang sudah ada sedari dulu. Demikianlah tak ada yang dikerjakan dan semua orang dipenuhi”.


Dan setelah membaca bab 17 ini, saya tetap kebingungan hehehe...

No comments:

Post a Comment