Thursday, June 11, 2009

Praktek Teknik Membalik Piring di Jalan Tol

Ini bukan kisah tentang teknik menari Tari Piring di jalan tol, ini kisah tentang teknik menghadapi keadaan dalam situasi tertentu.

Dulu sewaktu masih berstatus mahasiswa sekitar tahun tahun 90 an saya pernah membaca tulisan dalam sebuah buku yang judul dan pengarangnya lupa. Yang saya ingat tulisan di buku tersebut memaparkan sebuah teknik mengubah sikap yang disebut dengan “Teknik Membalik Piring”

Teknik ini intinya mengajak kita untuk selalu berpikir positif. Ibarat sebuah piring yang memiliki permukaan positif dan negatif, apabila permukaan negatif yang terlihat, maka baliklah piring tersebut sehingga permukaan positifnya yang terlihat.
Baru-baru ini saya pernah mempraktekannya;

Terjebak dalam kemacetan di jalan tol. Tol macet total karena ada tabrakan beruntun antara bus dan beberapa buah sedan. Bus melintang sehingga tidak ada satu mobilpun yang bisa melaluinya. Diperlukan beberapa jam untuk bisa mengevakuasi bus agar aliran kendaraan bisa berjalan normal.

Mengikuti teknik membalik piring, saya mencoba untuk bersikap sebagai berikut ;
Pertama; adalah suatu hal yang wajar kalau kita ngomel, kesel, mengumpat petugas evakuasi yang lambat, dan menyesali absensi yang terlambat, dan ini sangat menguras energi kita, tetapi percayalah, semua itu tidak akan mengubah kondisi yang ada (kalau omelan itu bisa mengakibatkan bus melintang itu menjadi tidak melintang, saya sih merekomendasikan agar semua pengendara mengomel bersama aja di jalan tol hehehe).

Mengikuti teknik membalik piring, inilah saatnya yang tepat untuk membalikkan keaadaan, ibarat sebuah piring, balikkanlah permukaan Piring omelan ke permukaan Piring syukur. Daripada ngomel saya lebih memilih bersyukur. Bersyukur karena saya selamat dan tidak mengalami peristiwa yang mereka alami, bersyukur karena saya bisa parkir dan beristirahat lebih lama di jalan tol dengan biaya yang sama, bersyukur karena saya bisa menikmati satu buah judul film dvd yang saya bawa sampai tuntas di dalam mobil, dan segudang syukur lainnya yang dapat menghasilkan energi positif.

Begitu pula dengan permukaan piring kesal, saya balikkan permukaan kesal ke permukaan piring bahagia, saya lebih memilih untuk merasakan kebahagiaan berhenti total di jalan tol tanpa ada yang memarahi anggaplah ini suatu kesempatan yang sangat jarang didapat, rasakanlah kebahagiaan saat tidak melakukan aktifitas apapun di jalan tol bersama pengendara mobil lainnya, dan terakhir saya balikkan piring umpatan kepada petugas yang lambat melakukan evakuasi menjadi do’a yang lebih menenangkan dan bermanfaat secara spiritual. Yah begitulah, saya berusaha menikmati semaksimal mungkin keadaan tersebut secara positif.

Nah itu kalau di jalan tol. Terus kalau kita nyasar di jalanan suatu kota? Kecewa itu normal begitu tutur buku tersebut, tapi akan lebih asyik lagi kalau kita balik piring kekecewaan itu menjadi piring syukur, syukurilah bahwa kita bisa menelusuri jalan yang sama sekali belum kita kunjungi, siapa tahu ada tempat menarik yang dapat kita kunjungi hehehe.
Lantas kenapa saya menulis hal tersebut diatas?

Ini bermula dari buku yang baru saja saya beli di emperan masjid dekat kantor. Sepulang Jum’atan, saya tertarik dengan judul Buku “Spirit of Success- Kisah Sukses di masa Krisis- teleseminar terlaris #1” karangan Brian Tracy.

“Kabar baik adalah kabar buruk yang dapat diubah menjadi kabar baik sewaktu Anda mengubah sikap!”

Begitu salah satu tulisan dalam buku tersebut. Ilustrasi yang disampaikan sangat menyentuh, intinya menceritakan tentang seorang prajurit penerjun payung yang kehilangan tangannya karena kecelakaan sewaktu menjalani latihan pada perang dunia II. Dari pada merenungi tangannya yang hilang, ia lebih berkonsentrasi pada tangannya yang masih ada dan mengubah pandangan atau sikap sesuai dengan keadaan barunya dan mulai menetapkan tujuan hidup baru. Hasilnya? Ia berhasil mendapatkan peran penting dalam film “The Best Years of Our Lives”, dan menikmati karirnya sebagai bintang film Hollywood, memenangkan dua penghargaan, dan menulis otobiografi.

Diakhir tulisan Bryan Tracy menulis:
“orang yang selalu ‘berpikir di puncak’ memilih lebih memperhatikan apa yang di punyai, sementara ‘dunia bawah’ memperhatikan kepada apa yang tidak dipunyai. Bersyukurlah atas apa yang telah diberikan, kemampuan yang anda miliki , dan bekerja keraslah untuk mencapai cita-cita.

Rupanya teknik membalik piring saja belum cukup masih ada sikap lain yang dapat memberikan hal positif, saya diingatkan untuk harus lebih bersyukur lagi dengan apa yang telah saya miliki, terimakasih Bryan Tracy…

Note: buku ini harganya sangat murah, cuma Rp. 15.000,- maklum beli di emperan jalan. Tapi kondisi buku yang semula mulus dan bersih, saat ini udah mulai keriting, maklum sering dibaca sambil tiduran ampe tidur beneran... keriting dah tuh buku kelindes yang lagi mimpi hehehe.

2 comments:

  1. teknik yang sungguh bermanfaat, lebih gampang daripada "menambah ayam, cakwe, kerupuk pada nasi yang sudah menjadi bubur" hehehe...

    di manapun tetep beli buku ya pak :D

    ReplyDelete
  2. pasokan kerupuknya udah dihentikan nih...
    hehehe

    ReplyDelete