Minggu pagi 14 Februari 2010, bertepatan dengan Tahun Baru Imlek, saya bertanya pada Farhan yang tengah asyik main game di handphone milik Pakdenya.
“Kak, Siapa Presiden Pertama RI?”, pertanyaan yang dianggap mudah ini dijawab sambil lalu “Soekarno, Pak”
“Kakak tahu nggak dulu Soekarno pernah di penjara?”
“Iya, kakak tahu, di Sukamiskin Kan?” jawab anak saya heran dengan pertanyaan bapaknya.
“Sebelum di Sukamiskin, Kakak tahu nggak Soekarno pernah di penjara di mana?”
Farhan menghentikan permainan game nya, “Emang dipenjara mana lagi Pak?”
“Banceuy, Penjara Banceuy Kak”, jawab saya “Kakak tahu Penjara Banceuy ada dimana?”
Kali ini Farhan mengernyitkan keningnya berusaha untuk menjawab pertanyaan saya.
“Tidak tahu Pak. Yang kakak tahu menurut buku Pelajaran Sekolah, Soekarno itu di penjara di Sukamiskin”.
“Kakak mau lihat sel tempat Soekarno dulu di tahan di Penjara banceuy?” Tanya saya.
Farhan kaget, mungkin dibenaknya tidak pernah terbayang bahwa sejarah yang selama ini ia baca di buku pelajaran bisa ditelusuri keberadaannya sekarang “Mau, mau Pak!” jawab Farhan semangat.
Kami segera meluncur ke Pertokoan Banceuy Permai. Rombongan berangkat dua mobil sama seperti tadi malam saat kunjungan ke Observatorium, hanya saja kali ini ibu saya tidak ikut.
Saya, Istri, Silmi dan si kecil Azmi tiba lebih dahulu di lokasi. Dengan tidak sabar saya segera menuju bangunan kecil yang kurang terawat terpencil di sisi pojok komplek pertokoan Banceuy Permai.
Bangunan kecil ini dulunya Menara Pengawas tembok Penjara Banceuy, kalau tidak salah dulu ada empat menara.
sumber photo: Bandung Kilas Peristiwa di Mata Filatelis Sebuah Wisata Sejarah
Penjara Banceuy yang sangat bersejarah ini dibangun pada tahun 1871 kemudian pada pertengahan tahun 1980an dirobohkan untuk pembangunan sebuah komplek pertokoan Banceuy Permai.
sumber photo: Bandung Kilas Peristiiwa di Mata Filatelis Sebuah Wisata Sejarah
Satu menara dan sel penjara no 5 tempat Soekarno dulu ditahan dibiarkan utuh untuk dijadikan monumen.
sumber photo: Bandung Kilas Peristiwa di Mata Filatelis Sebuah Wisata Sejarah
Perlahan saya mendekati bangunan menara, bau aroma tidak sedap tong sampah yang disimpan dalam menara menyergap hidung saya.
Dengan hati-hati saya dorong pintu besi yang tidak terkunci, saya mengecek situasi dalam menara.
Tangga Besi menara menuju lantai atas masih kokoh. Saya memberanikan diri untuk menaiki tangga.
Di ruang atas menara pengawas kondisi “Monumen” sejarah bangsa ini tidak kalah memprihatinkan. Nampak sampah berserakan, mungkin tunawisma menggunakan menara ini sebagai tempat beristirahat di malam hari, beberapa pakaian lusuh dan sandal jepit teronggok di salah satu sudut ruang pengawas.
Dari bawah Silmi memanggil ingin ikut naik. Hanya saja saya larang, terlalu bahaya untuk anak sekecil Silmi naik ke atas.
Turun dari menara saya segera menuju sel no 5 yang bersejarah. Saya sedikit merinding ada kesan haru yang begitu mendalam terpendam dalam hati, inilah salah satu jejak monumen sejarah emas anak bangsa dalam mencapai kemerdekaan, kini Saksi bisu sejarah ini berdiri kesepian menanti perhatian.
Saya mencoba untuk membuka pintu sel, namun dikunci. Pintu sel masih kelihatan Kokoh, dibalik jeruji besi saya melihat bendera Merah Putih terpasang di dinding, ukuran sel sangat sempit.
Disamping sel ada seonggok batu, Saya dan istri tidak memahami maksud batu ini, kondisinya tidak kalah memprihatinkan, Nampak genangan air hijau dalam cekungan tembok yang ditumbuhi lumut. genangan air ini sangat rawan dijadikan sarang nyamuk, untunglah ada orang yang berinisiatif memasukan beberapa ekor ikan mas kecil di dalamnya mungkin ditujukan untuk memakan jentik nyamuk.
Saya berkeliling memperhatikan monumen batu, tidak ada sedikitpun penjelasan atau keterangan mengenai maksud monumen batu ini.
Tiba-tiba Hp berbunyi, Farhan yang berada di rombongan mobil ke dua sampai. Kami kembali menuju tempat parkir menyambut rombongan.
Farhan yang dari tadi tidak sabaran ingin segera sampai langsung saya ajak untuk menaiki menara pengawas. Ada sedikit keraguan dari Farhan, Farhan sempat mundur dan menolak. Bau sampah yang menyengat menjadi salah satu alasannya. Setelah saya yakinkan aman, akhirnya Farhan memberanikan diri untuk naik ke atas.
Kemudian rombongan menuju sel no. 5, Sulit bagi saya untuk menjelaskan bahwa sel no 5 yang berukuran sekitar 2 X 2,5 meter ini dulunya tidak berada di tengah komplek pertokoan.
Pada zaman penjajahan Belanda, Soekarno karena kegiatan politiknya pertama kali berkenalan dengan penjara di tempat ini.
Demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, Soekarno pada tanggal 4 Juni 1927 mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Belanda khawatir dengan sepak terjang kegiatan politik Soekarno, maka pada tanggal 29 Desember 1929, bersama dengan Gatot Mangkupradja dan Maskoen Somadiredja, Soekarno ditangkap dan dijebloskan ke Penjara Banceuy.
Soekarno mendekam di penjara Banceuy selama delapan bulan. Kemudian sejak tanggal 18 Agustus 1930 Soekarno dan teman-temannya diajukan ke persidangan Landraad Bandoeng. Tim Pembela Soekarno terdiri dari Mr. Sartono, Mr. Sujudi, Mr. Sastromuljono dan ahli hukum R. Idih Prawiradiputra.
Pembelaan Soekarno di Landraad Bandoeng yang berjudul Indonesie Klaagt Aan (Indonesia Menggugat) di susun diruang pengap “Sel No. 5” Penjara Banceuy, Luar Biasa! Pembelaan Soekarno ini membuat marah pemerintah Kolonial Belanda.
Untuk melengkapi perjalanan sejarah, saya mengajak rombongan ke “Gedung Indonesia Menggugat” yang merupakan tempat persidangan Soekarno dulu.
Kami pun meninggalkan monumen penjara Banceuy menuju Landraad Bandoeng yang kini namanya berubah menjadi Gedung Indonesia Menggugat.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
asyik banget, jalan-jalan terus nih pak.. :D
ReplyDeletenelusuri kisah-kisah sejarah di buku nih mbak, lumayan seru juga...
ReplyDeletemet cuti yaaa...