Saung Angklung Udjo!
Itu yang pertama kali terbetik dalam benak saya saat memutuskan untuk membeli seperangkat angklung set kecil dua oktaf.
Ya, Saung Angklung Udjo Jalan Padasuka 118 Bandung, selain berperan sebagai tempat kunjungan budaya dan wisata khas daerah Jawa Barat juga merupakan sentra produksi alat musik tradisional yang sebagian besar berbahan baku bambu seperti angklung, arumba, dan calung.
Ada 3 jenis bambu yang menjadi Bahan dasar angklung seperti; bambu hitam (awi wulung) untuk tabung suara, bambu tali (awi tali) untuk tabung rangka, dan bambu gombong (awi gombong) untuk rangka angklung sedangkan pengikat rangka adalah tali berbahan rotan. Semua bahan baku pembuatan angklung didatangkan dari daerah lain di Jawa Barat seperti Sukabumi.
Angklung mini 2 oktaf yang saya pesan disebut juga sebagai angklung TK (Taman Kanak-Kanak) terdiri dari 18 pcs Nada mulai dari F-g-a-ais-b-c’-d’-e’-f’-fis-g’-a-ais’-b-c’’d’’-e’’-f’’. Harganya berkisar Rp. 354.000,- lengkap dengan tiang/standnya.
Disebut angklung TK karena angklung ini berset kecil dan banyak dipesan oleh Taman Kanak-Kanak sebagai alat pembantu pengenalan musik secara dini.
Karena ditujukan untuk anak TK dan untuk alasan keamanan, maka rangka bambu angklung yang menjulang ke atas ditutup. “Bisi Kacolok Panonna ceunah” takut tertusuk matanya katanya.
Mengunjungi sentra pembuatan angklung Udjo di Padasuka Bandung memberikan pengalaman tersendiri bagi kami. Kami jadi tahu bahwa seluruh tahap pembuatan angklung murni menggunakan tenaga manusia (hand made), untuk akurasi nada, Saung Angklung Udjo menggunakan tuner elektronik dan untuk menghindari ketidakseimbangan nada, sebelum diserahkan kepada konsumen, angklung di retuning .
Begitu pula dengan angklung pesanan kami, setelah diretuning angklung dibersihkan kembali dan di pernis transparan agar lebih awet, seperti tampak pada foto di bawah ini.
Yang lebih mengesankan lagi, guna menghindari kecacatan dalam proses pengepakan yang berpengaruh pada nada angklung itu sendiri, Saung Angklung Udjo saat mengepak angklung memperlakukan angklung dengan sangat hati-hati.
Sambil melihat-lihat suasana di sekitar Saung Angklung Udjo yang asri, saya sempat mencoba Jenis angklung pentatonik, nada nya salendro yaitu nada asli angklung Sunda yang terdiri dari Da- Mi- Na- Ti- La-Da, sangat mengharukan, sedangkan Jenis angklung yang saya beli adalah angklung dengan laras nada diatonik. Angklung berlaras diatonik diciptakan oleh Bapak Daeng Soetigna (Alm) pada tahun 1938. Angklung dengan laras diatonik ini disebut juga dengan angklung Do Re Mi atau angklung Padaeng. Angklung jenis diatonik inilah yang bisa digunakan untuk membawakan lagu daerah, nasional dan bahkan internasional.
Saya memilih angklung sebagai alat musik dirumah karena sifat angklung yang 5M; Mudah, Murah, Mendidik, Menarik dan Masal.
Kami sekeluarga puas dengan kualitas angklung buatan Saung Angklung Udjo.
No comments:
Post a Comment