Learn!
Look for
Explore
Act
Repetition
Neutral State
1. Look for (carilah) tingkat-tingkat yang ada di bawah permukaan. Cara terbaik untuk mencapai tingkat pemahaman yang paling dalam terhadap pokok permasalahan adalah mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. Lipatgandakan berbagai sumber daya kita. Bacalah buku, dengarkan audiotape, bukalah internet, pelajari biografi orang-orang yang telah mencapai kesuksesan sebelumnya dalam bidang tertentu, dan carilah mentor-mentor yang dapat membantu kita. Semakin beragam sumber informasi kita, semakin banyak tingkat-tingkat pokok persoalan yang dapat kita kuak. Saat kita memanfaatkan berbagai sumber yang telah kita kuak, sumber-sumber tersebut akan saling terbangun satu di atas yang lain untuk memberi kita jawaban yang lebih baik.
2. Explore (galilah) berbagai keterampilan dan hobi baru. Jangan menjauhkan diri karena kita berkata, “aku tidak dapat melakukannya.” Berilah kesempatan pada diri kita sendiri untuk mencoba berbagai keterampilan dan hobi baru. Dan kita akan terheran-heran pada segala sesuatu yang dapat kita pelajari. semakin banyak organisasi yang kita ikuti, semakin banyak orang yang akan kita temui, semakin banyak resiko yang kita ambil, semakin luas cakrawala yang terbuka bagi kita, dan semakin banyak kita belajar tentang diri kita sendiri dan dunia tempat kita hidup.
3. Act (bertindaklah). Ada dua jalan tindakan; langkah demi langkah, dan terjun sekalian. Keduanya benar. Jika proyeknya besar, maka cara terbaik untuk melakukannya adalah membagi-baginya menjadi langkah-langkah kecil, mempelajari bagaimana caranya melakukan satu langkah pada satu waktu, dan kemudian menyatukan seluruh proyek tersebut pada akhirnya. Bila dilakukan dengan jarak satu kilometer itu merupakan cobaan berat, dengan jarak satu hasta itu sulit, maka dengan jarak satu inci, itu pasti dapat dilakukan dengan mudah. Sebaliknya, ada saat ketika terjun langsung dalam suatu proyek, meskipun kita tidak siap 100 persen, justru lebih efektif. Kadang persoalan tampak begitu besar di hadapan kita. Kita menunda mengambil tindakan karena kita ingin memahami persoalan tersebut secara utuh dan tahu bahwa kita telah menganalisis setiap kemungkinan solusi. Namun demikian, menjelang saat itu, persoalan itu telah menenggelamkan kita sepenuhnya. Cara yang terbaik adalah langsung bertindak dan terus bertindak, sampai kita tampil dengan solusi yang lebih baik. Terus menerus belajar dan terus menerus bertindak. Kedua-duanya adalah sama, keduanya diperlukan. Kita belajar dari tindakan-tindakan kita, kita bertindak dari apa yang kita pelajari.
4. Repetition (mengulanglah). Agar dapat menyempurnakan suatu keterampilan, kita harus praktek. Kita harus mengulang suatu tindakan sampai tindakan tersebut menjadi sifat yang kedua. Semakin banyak kita praktek, semakin dalam keterampilan tersebut tertanam dlam diri kita. Bila itu yang terjadi, maka itu akan menajdi landasan bagi kita untuk membangun keterampilan-keterampilan yang lain. Begitu kita sampai pada suatu titik dimana kita dapat mengambil tindakan tanpa berpikir, kita siap belajar langkah berikutnya.
5. Neutral state (bukalah pikiran dengan netral) Filsuf Perancis Bacon pernah berkata, “Jika seseorang memulai dengan ketidakpastian, dia akan berakhir dengan keraguan, tetapi jika dia puas untuk memulai dengan keraguan, dia akan berakhir dengan kepastian.” Satu-satunya cara untuk belajar adalah dengan pikiran terbuka, dari sudut pandang yang netral. Dengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain, tetapi jangan beranggapan bahwa apa yang mereka katakana kepada kita merupakan satu-satunya cara. Selalu bukalah pikiran kita, jangan biarkan segala stereotype atau gagasan-gagasan yang kita peroleh sebelumnya menghalangi kita untuk menerima informasi yang baru. Lihatlah pada semua sisi suatu topik sebelum kita membulatkan pikiran kita. Jangan berasumsi bahwa seseorang benar sebelum kita mendengar apa yang dikatakan oleh orang lain.
Kisah berikut dapat dijadikan bahan renungan;
Dua orang yang sedang bertikai mendatangi seorang hakim. Orang yang pertama menuturkan ceritanya. Kata hakim, “itu benar.” Lawannya, yang merasa terganggu dengan opini tersebut berkata,”Tuan belum mendengarkan sisi cerita saya.” Dia menuturkan ceritanya dan hakim pun menjawab, “Itu benar.” Orang yang ketiga berkata, “Bagaimana keduanya bisa benar?” Hakim berpikir tentang komentar orang yang ketiga dan katanya, “Itu benar.” (cerita ini dikutip olehVincent Friedman dari Ellen J. Langer, The Power of Mindful Learning).
No comments:
Post a Comment