Penasaran dengan apa yang saya baca tadi pagi bahwa keberhasilan hanya bisa diraih oleh mereka yang tidak mengenal kata putus asa, malamnya saya melanjutkan membaca buku dan menemukan kiat untuk mengubah putus asa menjadi optimis.
Kisah-kisah berikut ini menginspirasi saya untuk mengubah putus asa menjadi optimis.
1. mengambil langkah positif
Jangan larut dengan kekecewaan! segeralah ambil langkah positif. Kesimpulan ini didapat dari kisah seekor burung yang membuat sarang sebagai berikut:
Dikisahkan seorang penyair suatu hari pergi berjalan-jalan di sebuah taman dan melihat serpihan sarang burung terhempas di atas rumput. Badai telah menghempaskan sarang itu dari pohon dan sekaligus menghancurkannya. Selagi memikirkan nasib sarang burung yang telah hancur, ia mendongakkan kepalanya ke atas pohon, ia sangat terpana karena di atas sana tampak sarang burung baru sudah bertengger di atas ranting pohon.
Rupanya burung itu tidak sempat terlarut oleh kekecewaan, mereka terpacu untuk segera mengatasi masalah yang dihadapi, dan saat ini burung tersebut sedang menikmati sarang barunya.
2. mulailah berpikir positif
Cobalah untuk berpikir positif, yakinlah bahwa kita akan berhasil (kalau kita tidak yakin berarti kita sudah gagal duluan).
Kisahnya adalah mengenai seekor kuda balap bernama Man O’War. Diusianya yang baru 2 tahun, ia telah berhasil memenangkan 6 kali perlombaan. Tetapi pada tahun 1919, untuk pertamakalinya ia dikalahkan oleh kuda lain bernama Upset. Mengapa? Simak kisahnya berikut ini:
Hari itu di luar kebiasaan, kuda dibiarkan menunggu di luar palang sampai 5 menit sebelum perlombaan. Man O’War yang selalu diserang gugup pada saat sebelum pertandingan dimulai, melakukan start yang buruk. Ketika kuda-kuda lainnya sudah menghambur ke luar palang, ia baru berada di urutan ke 5 dari 7 kuda lainnya.
Kuda-kuda yang sudah biasa memenangkan perlombaan sering merasa gugup dan bahkan langsung menyerah kalau startnya sudah salah. Tetapi tidak demikian halnya dengan Man’O War. Dengan tenangnya ia mencoba menyusul lawan-lawannya. Ketika sampai di pertengahan finish, ia telah berhasil ke posisi ke 4. Dan ketika tinggal sepertiga dari garis finish ia telah berpindah ke posisi ke 3. Saat kuda-kuda hamper mencapai garis finish, ia telah berhasil menempati posisi kedua. Hanya tinggal 10 langkah dari garis finish, kepalanya menempati posisi kedua. Hanya tinggal 10 langkah dari garis finish, kepalanya telah sejajar dengan pelana Upset. Seandainya saja garis finishnya masih agak jauh, mungkin ia dapat menyusulnya dan memenangkan perlombaan.
Tapi ceritanya belum habis sampai di situ saja. Setahun kemudian dengan telak Man’O War dapat mengalahkan Upset.
3. mengambil pelajaran dari contoh-contoh positif
Salah satu kiat mengatasi kegagalan adalah dengan mengambil pelajaran atau contoh-contoh positif dari mereka yang gigih.
Contoh bisa ditemukan dimana saja, bisa dari orang yang kita kenal secara langsung, bisa dari buku, atau dari lingkungan disekitar kita.
Kisah berikut menceritakan tentang Tamerlane, seorang kaisar Mongolia pada abad ke 14 yang mengambil pelajaran dari contoh positif:
Dikisahkan bala tentaranya berhasil dilumpuhkan musuhnya, akibatnya merekapun tercerai berai. Kaisar Tamerlane bersembunyi di sebuah gudang makanan ternak sementara pasukannya melarikan diri ke luar negeri.
Saat ia terkulai diliputi rasa sedih dan putus asa, Tamerlane mengamati seekor semut yang tengah berusaha mendorong serpihan jagung naik ke atas tembok. Ukuran butiran jagung itu sendiri lebih besar dari tubuhnya. Ia menghitung telah 69 kali si semut berusaha membawa jagung tersebut naik ke tembok, dan setiap kali itu pula ia terjatuh. Baru pada hitungan ke 70 kalinya ia berhasil mendorong serpihan jagung tersebut naik ke tembok.
Tamerlane terhenyak bangkit dari duduknya dan berteriak! Kalau begitu, ia pun akhirnya menang! Dan benar, ia berhasil!
Setelah mengumpulkan kekuatannya kembali dengan mudah ia mengalahkan musuhnya. Daerah kekuasaannya kemudian meluas dari Laut Hitam sampai ke wilayah hulu sungai Gangga.
4. Mengembangkan Sikap Gigih
Disini saya diingatkan untuk Jangan sekali-kali meremehkan sikap gigih. Sifat ini merupakan salah satu sifat yang harus dipupuk guna mengatasi rasa putus asa.
Ada tujuh kiat yang dapat membantu mengembangkan dan meningkatkan kegigihan:
a. tujuan pasti;langkah awal paling penting untuk mengembangkan sikap gigih adalah memiliki tujuan yang pasti.
b. niat;sikap gigih dalam mengejar apa yang ingin di raih akan lebih mudah jika dilakukan dengan niat
c. target;target dan rencana yang telah ditentukan akan mengembangkan sikap gigih
d. Pengetahuan yang akurat;dengan pengetahuan yang akurat mengenai rencana yang ingin kita wujudkan, kegigihan untuk mewujudkan akan lebih terarah.
e. kerjasama;kegigihan akan terpupuk jika kita juga senantiasa menunjukkan sikap simpati, pengertian serta mau bekerjasama dengan orang-orang lain.
f. tekad;Tekad untuk mengarahkan seluruh rencana agar bisa terwujud akan semakin memantapkan sikap gigih.
g. kebiasaan;sikap gigih bisa terbentuk karena factor kebiasaan. Munculnya sikap tersebut didapat melalui pengalaman hidup sehari-hari.
Friday, December 19, 2008
Berjuang dengan Gigih
Pagi ini saya bersyukur karena diingatkan kembali oleh buku yang sedang saya baca bahwa keberhasilan itu memerlukan proses.
Berikut ini adalah kisah nyata proses menggapai keberhasilan seorang tokoh besar yang berani, gigih dan tekun (usia tokoh ini dicantumkan sesuai urutan peristiwa):
Usia 22, gagal dalam bisnis;
Usia 23, berusaha mendapatkan kursi di Lembaga Legislatif tetapi kalah;
Usia 24, gagal lagi dalam bisnis;
Usia 25, terpilih menjadi dewan Legislatif;
Usia 26, ditinggal mati kekasihnya;
Usia 27, frustasi;
Usia 29, kalah suara dalam meraih posisi sebagai juru bicara;
Usia 31, kalah suara dalam meraih posisi sebagai juri;
Usia 34, kalah suara dalam meraih posisi sebagai anggota kongres;
Usia 37, terpilih menjadi anggota kongres;
Usia 39, kalah suara dalam meraih posisi sebagai anggota kongres;
Usia 46, kalah suara dalam meraih posisi sebagai Senator;
Usia 47, kalah suara dalam meraih posisi sebagai wakil presiden;
Usia 49, kalah suara lagi dalam meraih posisi sebagai Senator;
Usia 51, terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat;
Tokoh tersebut adalah Presiden Abraham Lincoln yang dikenal sebagai Presiden Amerika paling berpengaruh.
Orang yang tekun sadar bahwa keberhasilan hanya bisa diraih oleh mereka yang tidak mengenal kata putus asa. Kebanyakan orang yang dihinggapi rasa putus asa adalah orang-orang yang tidak memiliki tujuan maupun perencanaan untuk berhasil.
Berikut ini adalah kisah nyata proses menggapai keberhasilan seorang tokoh besar yang berani, gigih dan tekun (usia tokoh ini dicantumkan sesuai urutan peristiwa):
Usia 22, gagal dalam bisnis;
Usia 23, berusaha mendapatkan kursi di Lembaga Legislatif tetapi kalah;
Usia 24, gagal lagi dalam bisnis;
Usia 25, terpilih menjadi dewan Legislatif;
Usia 26, ditinggal mati kekasihnya;
Usia 27, frustasi;
Usia 29, kalah suara dalam meraih posisi sebagai juru bicara;
Usia 31, kalah suara dalam meraih posisi sebagai juri;
Usia 34, kalah suara dalam meraih posisi sebagai anggota kongres;
Usia 37, terpilih menjadi anggota kongres;
Usia 39, kalah suara dalam meraih posisi sebagai anggota kongres;
Usia 46, kalah suara dalam meraih posisi sebagai Senator;
Usia 47, kalah suara dalam meraih posisi sebagai wakil presiden;
Usia 49, kalah suara lagi dalam meraih posisi sebagai Senator;
Usia 51, terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat;
Tokoh tersebut adalah Presiden Abraham Lincoln yang dikenal sebagai Presiden Amerika paling berpengaruh.
Orang yang tekun sadar bahwa keberhasilan hanya bisa diraih oleh mereka yang tidak mengenal kata putus asa. Kebanyakan orang yang dihinggapi rasa putus asa adalah orang-orang yang tidak memiliki tujuan maupun perencanaan untuk berhasil.
Tuesday, December 16, 2008
Kisah di Pompa Bensin
Membaca buku “Strategi Menuju Sukses – langkah demi langkah menuju sukses” karya Jim Dornan dan John C. Maxwell memang asyik. Saya melanjutkan membaca buku ini malam hari sambil tiduran, tidak lama hanya kurang dari 10 menit. Saya memang sudah bertekad untuk meluangkan waktu membaca buku setiap hari (walau cuma sebentar) dan menuliskannya dalam Blog.
Malam ini saya mendapat kisah tentang dua orang berlainan yang sedang menuju sebuah kota untuk menetap di sana.
Kisah sepenuhnya sebagai berikut:
Saat orang pertama tiba di pinggir kota yang dituju untuk dijadikan tempat menetap, ia berhenti di sebuah pompa bensin dan bertanya pada seorang petugas yang bekerja di sana, “Bagaimana sikap penduduk di kota ini?”
Petugas itu balik bertanya, “Hmmm…, bagaimana dengan penduduk di kota tempat Anda tinggal sebelumnya?”
Orang pertama tadi menjawab, “Mereka sangat brengsek dan tidak ramah.” Lalu petugas itu berkata, “Penduduk kota ini juga demikian.”
Beberapa waktu kemudian pada hari yang sama, orang kedua singgah di pompa bensin yang sama serta menanyakan pertanyaan yang sama pada petugas yang sama pula, “Bagaimana sikap penduduk di kota ini?”
Sekali lagi si petugas balik bertanya,”Bagaimana dengan penduduk di kota tempat Anda tinggal sebelumnya?”
Orang kedua tadi menjawab,”Oh, menyenangkan sekali, Mereka benar-benar ramah!”
Lalu si petugas berkata, “Penduduk kota ini juga demikian.”
Petugas pompa bensin tersebut tahu bahwa perlakuan yang diterima seseorang merupakan cermin perlakuannya terhadap orang lain.
Malam ini saya mendapat kisah tentang dua orang berlainan yang sedang menuju sebuah kota untuk menetap di sana.
Kisah sepenuhnya sebagai berikut:
Saat orang pertama tiba di pinggir kota yang dituju untuk dijadikan tempat menetap, ia berhenti di sebuah pompa bensin dan bertanya pada seorang petugas yang bekerja di sana, “Bagaimana sikap penduduk di kota ini?”
Petugas itu balik bertanya, “Hmmm…, bagaimana dengan penduduk di kota tempat Anda tinggal sebelumnya?”
Orang pertama tadi menjawab, “Mereka sangat brengsek dan tidak ramah.” Lalu petugas itu berkata, “Penduduk kota ini juga demikian.”
Beberapa waktu kemudian pada hari yang sama, orang kedua singgah di pompa bensin yang sama serta menanyakan pertanyaan yang sama pada petugas yang sama pula, “Bagaimana sikap penduduk di kota ini?”
Sekali lagi si petugas balik bertanya,”Bagaimana dengan penduduk di kota tempat Anda tinggal sebelumnya?”
Orang kedua tadi menjawab,”Oh, menyenangkan sekali, Mereka benar-benar ramah!”
Lalu si petugas berkata, “Penduduk kota ini juga demikian.”
Petugas pompa bensin tersebut tahu bahwa perlakuan yang diterima seseorang merupakan cermin perlakuannya terhadap orang lain.
Sunday, December 14, 2008
Perlakukanlah Setiap Orang Yang Anda Jumpai Sebagai Orang Yang Paling Penting Di Dunia
Salah satu buku inspirasi yang saya baca pagi ini berjudul "Strategi Menuju Sukses- langkah demi langkah pengantar anda menuju sukses". Walaupun buku ini didapat dengan harga yang sangat murah (beli di emperan kaki lima jembatan penyebarangan Benhil seharga Rp. 10.000,-), saya lihat isinya sangat luar biasa.
Secara garis besar buku ini membahas langkah kesuksesan dalam dua bagian: Bagian Satu: Kesuksesan Dimulai Dengan Anda; dan Bagian Kedua: Kesuksesan Berlanjut Dengan Orang Lain.
Hal menarik dari buku ini adalah ulasannya mengenai kehebatan cara berpikir positif dan kekuatan daya rusak cara berpikir negatif. Bahasanya sederhana, ringkas dan ilustrasi kisahnya menarik untuk direnungkan.
Sebagai salah satu contoh kehebatan cara berpikir positif, saya sengaja mengambil Judul di atas yang merupakan salah satu sub judul dalam buku ini. Jim Dornan dan John C. Maxwell, si penulis buku, mengingatkan agar kita jangan terlalu sibuk memusatkan pada tugas-tugas yang harus diselesaikan saja sehingga lalai meluangkan waktu untuk orang lain yang kita jumpai.
Jim Dornan dan John C. Maxwell mengajak kita agar mau meluangkan sedikit saja waktu untuk orang lain yang kita jumpai dan memberi mereka perhatian penuh dengan cara yang positif agar mereka senang. Sikap positif kita yang membuat orang senang akan memberi nilai tambah kepada mereka dan juga diri kita sendiri.
Sejalan dengan apa yang di sampaikan Jim Dornan dan John C. Maxwell, Saya pernah mengenal seorang atasan yang begitu hormat dan santun pada semua bawahannya katakanlah namanya Pak Santun, setiap berjumpa dengan bawahan, Pak Santun selalu berlomba untuk terlebih dulu senyum sambil mengangguk kan kepala. Kami semua merasa segan dan hormat kepada beliau. Tutur katanya sopan dan terpilih.
Pernah suatu ketika kami berjumpa dengan Pak Santun di resepsi pernikahan anak seorang pejabat. Walaupun sudah tidak menjadi atasan saya lagi, Sikap Pak Santun tetap tidak berubah, beliau menyapa Saya beserta istri dengan begitu santun, padahal kami tahu beliau baru saja mendapat penghargaan karena Kantor yang dipimpinnya dipilih menjadi kantor Teladan Nasional dan dijadikan sebagai percontohan. Kami berdua diajak ngobrol seputar keluarga dan pekerjaan. Walaupun hanya obrolan singkat, saya dan istri merasa diperlakukan seperti orang yang penting.
Pak Santun memang sering meluangkan sedikit waktu untuk memberikan perhatian penuh dengan cara yang positif kepada setiap orang yang dijumpainya. Sikapnya tersebut membuat perasaan kami senang dan mengispirasi kami untuk melakukan hal yang sama, tidak saja kepada Pak Santun, tetapi juga kepada setiap orang.
Secara garis besar buku ini membahas langkah kesuksesan dalam dua bagian: Bagian Satu: Kesuksesan Dimulai Dengan Anda; dan Bagian Kedua: Kesuksesan Berlanjut Dengan Orang Lain.
Hal menarik dari buku ini adalah ulasannya mengenai kehebatan cara berpikir positif dan kekuatan daya rusak cara berpikir negatif. Bahasanya sederhana, ringkas dan ilustrasi kisahnya menarik untuk direnungkan.
Sebagai salah satu contoh kehebatan cara berpikir positif, saya sengaja mengambil Judul di atas yang merupakan salah satu sub judul dalam buku ini. Jim Dornan dan John C. Maxwell, si penulis buku, mengingatkan agar kita jangan terlalu sibuk memusatkan pada tugas-tugas yang harus diselesaikan saja sehingga lalai meluangkan waktu untuk orang lain yang kita jumpai.
Jim Dornan dan John C. Maxwell mengajak kita agar mau meluangkan sedikit saja waktu untuk orang lain yang kita jumpai dan memberi mereka perhatian penuh dengan cara yang positif agar mereka senang. Sikap positif kita yang membuat orang senang akan memberi nilai tambah kepada mereka dan juga diri kita sendiri.
Sejalan dengan apa yang di sampaikan Jim Dornan dan John C. Maxwell, Saya pernah mengenal seorang atasan yang begitu hormat dan santun pada semua bawahannya katakanlah namanya Pak Santun, setiap berjumpa dengan bawahan, Pak Santun selalu berlomba untuk terlebih dulu senyum sambil mengangguk kan kepala. Kami semua merasa segan dan hormat kepada beliau. Tutur katanya sopan dan terpilih.
Pernah suatu ketika kami berjumpa dengan Pak Santun di resepsi pernikahan anak seorang pejabat. Walaupun sudah tidak menjadi atasan saya lagi, Sikap Pak Santun tetap tidak berubah, beliau menyapa Saya beserta istri dengan begitu santun, padahal kami tahu beliau baru saja mendapat penghargaan karena Kantor yang dipimpinnya dipilih menjadi kantor Teladan Nasional dan dijadikan sebagai percontohan. Kami berdua diajak ngobrol seputar keluarga dan pekerjaan. Walaupun hanya obrolan singkat, saya dan istri merasa diperlakukan seperti orang yang penting.
Pak Santun memang sering meluangkan sedikit waktu untuk memberikan perhatian penuh dengan cara yang positif kepada setiap orang yang dijumpainya. Sikapnya tersebut membuat perasaan kami senang dan mengispirasi kami untuk melakukan hal yang sama, tidak saja kepada Pak Santun, tetapi juga kepada setiap orang.
Friday, December 12, 2008
Buku di atas Bantal (sebuah pendahuluan)
Buku yang berserakan diatas kasur dibiarkan teronggok begitu saja menutupi setengah permukaan tempat tidur, sebagian lagi bertumpuk rapi diatas meja komputer, berdebu tanda jarang disentuh... saya sendiri bingung, dimana-mana buku, diruang tamu, di tempat tidur, ditempat makan, diteras rumah, wuih... memang senengnya cuma beli buku, dibacanya entah kapan-kapan tahu-tahu udah numpuk.
Dengan semangat untuk berubah, satu persatu judul buku diatas kasur saya ambil, dipilah berdasarkan judulnya dan disusun diatas meja komputer.Tiba-tiba saya tertarik dengan salah satu judul buku inspirasi warna coklat, saya pisahkan buku tersebut dan saya letakkan diatas bantal (tanda prioritas untuk dibaca!).
Ternyata buku inspirasi yang lain juga menarik minat saya, hmm... prioritas untuk dibaca, berarti harus saya letakkan diatas bantal, buku ketiga juga tidak kalah menarik untuk dibaca, so harus diletakkan di atas bantal, waah... ternyata buku yang saya cari selama ini terselip diantara buku-buku yang berserakan di atas kasur berarti... duhh lagi-lagi diletakkan di atas bantal.
Stop! rasanya kegiatan ini sering berulang, pilah sana pilah sini akhirnya ditumpuk, kesenggol, berserakan lagi.Lalu apa yang harus saya lakukan dengan buku-buku ini dan juga buku-buku lainnya yang sudah saya beli dan belum pernah saya baca (bahkan beberapa masih disegel plastik).
Penasaran, saya ambil buku prioritas pilihan pertama yang harus dibaca. saya bolak balik, lihat daftar isinya, terus dilihat isinya, lihat kata pengantar, lihat isi lagi, baca skiping... nah ini yang harus saya baca!
Dua Paragraf dari salah satu judul dalam buku yang saya simpan di atas bantal menghentikan skiping baca saya, kutipan selengkapnya sebagai berikut:
Harry adalah seorang konselor karir yang membantu para profesional dari berbagai bidang yang tidak merasakan kepuasan dengan pekerjaannya. Harry tidak bertanya kepada mereka apa yang sebenarnya mereka inginkan; ia hanya bertanya, "Apa yang Anda cari?" Ia menyelidiki mereka bukan dengan apa yang mereka inginkan, tetapi apa yang mereka perlukan.
Harry kerap menemukan orang tidak siap dengan jawaban atas pertanyaan tersebut. Biasanya mereka menjawab bahwa ia bertanya apa yang sesungguhnya mereka harus lakukan, dan pertanyaan itu tidak pernah ada dalam pikiran mereka atau mereka telah menghentikan hal itu untuk waktu yang lama.
Harry menyarankan kliennya untuk menulis catatan harian atau jurnal yang ia yakini dengan jurnal tersebut pencarian apa yang mereka butuhkan akan semakin terang. "Jika Anda menulis apapun yang terjadi dengan diri Anda, Anda pasti akan melihat pola pikiran Anda, menemukan sesuatu yang tidak pernah diketahui diri Anda, dan menemukan bagaimana Anda sesuai dengan pencarian Anda tersebut", ungkap Harry.
(Ups, rasanya baru beberapa saat saja saya bertanya mengenai apa yang harus saya lakukan)
Secara imaginer saya seolah ditampar dengan pertanyaan Harry "Apa yang Anda Cari?"
Saya akui belum siap untuk menjawab pertanyaan itu.
Saya malah lebih dahulu bertanya "Apa yang harus Saya lakukan?"
Bagaimana saya harus melakukan sesuatu sedangkan saya sendiri belum tahu apa yang saya cari? Uh...
Diakhir tulisan, Howwat, si penulis, yang menggunakan tokoh Harry dalam tulisannya, menyebutkan bahwa Orang yang dengan teratur menulis jurnal atau catatan harian, atau jenis catatan lain yang mengungkapkan aspirasi mereka, sebanyak 32% lebih merasakan adanya kemajuan dalam kehidupan mereka.
Oke, sekarang zamannya Blog, saya harus menjawab pertanyaan "Apa yang Saya Cari", untuk itu saya akan mencoba untuk menulis jurnal atau catatan harian, mingguan atau bulanan yang mengungkapkan aspirasi saya dalam blog. Mudah-mudahan dengan menulis di blog ini, saya dapat menemukan jawaban atas pertanyaan yang harus saya jawab, semoga...
Dengan semangat untuk berubah, satu persatu judul buku diatas kasur saya ambil, dipilah berdasarkan judulnya dan disusun diatas meja komputer.Tiba-tiba saya tertarik dengan salah satu judul buku inspirasi warna coklat, saya pisahkan buku tersebut dan saya letakkan diatas bantal (tanda prioritas untuk dibaca!).
Ternyata buku inspirasi yang lain juga menarik minat saya, hmm... prioritas untuk dibaca, berarti harus saya letakkan diatas bantal, buku ketiga juga tidak kalah menarik untuk dibaca, so harus diletakkan di atas bantal, waah... ternyata buku yang saya cari selama ini terselip diantara buku-buku yang berserakan di atas kasur berarti... duhh lagi-lagi diletakkan di atas bantal.
Stop! rasanya kegiatan ini sering berulang, pilah sana pilah sini akhirnya ditumpuk, kesenggol, berserakan lagi.Lalu apa yang harus saya lakukan dengan buku-buku ini dan juga buku-buku lainnya yang sudah saya beli dan belum pernah saya baca (bahkan beberapa masih disegel plastik).
Penasaran, saya ambil buku prioritas pilihan pertama yang harus dibaca. saya bolak balik, lihat daftar isinya, terus dilihat isinya, lihat kata pengantar, lihat isi lagi, baca skiping... nah ini yang harus saya baca!
Dua Paragraf dari salah satu judul dalam buku yang saya simpan di atas bantal menghentikan skiping baca saya, kutipan selengkapnya sebagai berikut:
Harry adalah seorang konselor karir yang membantu para profesional dari berbagai bidang yang tidak merasakan kepuasan dengan pekerjaannya. Harry tidak bertanya kepada mereka apa yang sebenarnya mereka inginkan; ia hanya bertanya, "Apa yang Anda cari?" Ia menyelidiki mereka bukan dengan apa yang mereka inginkan, tetapi apa yang mereka perlukan.
Harry kerap menemukan orang tidak siap dengan jawaban atas pertanyaan tersebut. Biasanya mereka menjawab bahwa ia bertanya apa yang sesungguhnya mereka harus lakukan, dan pertanyaan itu tidak pernah ada dalam pikiran mereka atau mereka telah menghentikan hal itu untuk waktu yang lama.
Harry menyarankan kliennya untuk menulis catatan harian atau jurnal yang ia yakini dengan jurnal tersebut pencarian apa yang mereka butuhkan akan semakin terang. "Jika Anda menulis apapun yang terjadi dengan diri Anda, Anda pasti akan melihat pola pikiran Anda, menemukan sesuatu yang tidak pernah diketahui diri Anda, dan menemukan bagaimana Anda sesuai dengan pencarian Anda tersebut", ungkap Harry.
(Ups, rasanya baru beberapa saat saja saya bertanya mengenai apa yang harus saya lakukan)
Secara imaginer saya seolah ditampar dengan pertanyaan Harry "Apa yang Anda Cari?"
Saya akui belum siap untuk menjawab pertanyaan itu.
Saya malah lebih dahulu bertanya "Apa yang harus Saya lakukan?"
Bagaimana saya harus melakukan sesuatu sedangkan saya sendiri belum tahu apa yang saya cari? Uh...
Diakhir tulisan, Howwat, si penulis, yang menggunakan tokoh Harry dalam tulisannya, menyebutkan bahwa Orang yang dengan teratur menulis jurnal atau catatan harian, atau jenis catatan lain yang mengungkapkan aspirasi mereka, sebanyak 32% lebih merasakan adanya kemajuan dalam kehidupan mereka.
Oke, sekarang zamannya Blog, saya harus menjawab pertanyaan "Apa yang Saya Cari", untuk itu saya akan mencoba untuk menulis jurnal atau catatan harian, mingguan atau bulanan yang mengungkapkan aspirasi saya dalam blog. Mudah-mudahan dengan menulis di blog ini, saya dapat menemukan jawaban atas pertanyaan yang harus saya jawab, semoga...
Subscribe to:
Posts (Atom)